Sunday 4 December 2016

Pendidikan Socrates-Confusian, dan Pola Komunikasi Kita


Socrates adalah filusuf Yunani yang hidup di pertengahan abad sebelum Masehi. Pada zaman yang hampir sama di Cina hidup filusuf lain, yaitu Kong zhu Chu.

Selain hidup pada zaman yang hampir sama, keduanya punya perhatian besar pada masalah pendidikan dan kepemimpinan. Pemikiran dan gaya keduanya mempengaruhi perilaku manusia hingga saat ini.
Kebudayaan dunia saat ini secara garis besar bisa kita bagi dua, yaitu Barat dan Timur. Kebudayaan Barat dibangun dengan pola pikir yang dibentuk oleh model pendidikan Socrates. Adapun dunia Timur dibentuk oleh pendidikan dengan model Confusian.
Pendidikan model Confusian berpusat pada guru. Dalam bahasa Cina guru adalah lao shi atau xian sheng. Keduanya bermakna orang yang lebih tua.
Guru adalah orang yang lebih tua, lebih berpengalaman, lebih berilmu, dan lebih bijak. Guru adalah ilmu itu sendiri. Segala yang dikatakan sang guru adalah sesuatu yang bersumber dari dirinya. Kata itu adalah guru itu sendiri.
Dalam model Socrates peran guru tidak sangat sentral. Ia hanya mengajak orang untuk berpikir dan melakukan eksplorasi. Ia mengajarkan beberapa hal, sebagai pembuka jalan dan penuntun dalam berpikir. Pemikiran dilakukan sendiri oleh para pelajar.
Konsekuensinya, informasi yang dihasilkan, bukan milik sang guru, tidak melekat pada dirinya. Informasi adalah sesuatu yang dihasilkan oleh pikiran siapa saja.
Dua model itulah yang membedakan sekolah-sekolah kita dengan sekolah-sekolah Barat. Sekolah kita berpusat pada guru sebagai pengajar, murid mendengar, memahami, dan mengingatnya.
Secara umum, yang aktif adalah guru, murid cukup pasif saja. Hasil pendidikan diukur dengan seberapa banyak murid dapat menyerap informasi yang sudah disampaikan oleh guru.
Adapun pada sekolah-sekolah Barat yang memakai model Socrates, guru berfungsi hanya sebagai fasilitator. Informasi digali bersama. Hasil pendidikan tidak hanya diukur dengan berapa banyak informasi yang dserap pelajar, tapi lebih ditekankan pada seberapa aktif dia.
Di Timur orang dilatih untuk mendengar, di Barat orang dilatih untuk bicara. Ini yang membentuk perbedaan cara komunikasi kita.
Kita, produk pendidikan Confusian cenderung pasif dalam berkomunikasi. Kita berpendapat bila diberi kesempatan. Jarang terjadi silang argumen yang tajam.
Dalam analogi, bisa kita ibaratkan seperti permainan golf. Dalam permainan golf, setiap orang mendapat giliran, dan yang lain menghormati kesempatan itu tanpa mengusiknya.

Model komunikasi Barat dapat kita ibaratkan dengan permainan rugby. Dalam permainan rugby, orang berebut bola. Berbagai cara dilakukan, agar dapat bola. Jadi, dalam berkomunikasi mereka akan berusaha sebanyak mungkin untuk bicara, membuat pendapat mereka didengar.
Ada lagi perbedaan lain. Komunikasi di dunia Barat dilakukan dengan format pesan low context. Makna pesan tertuang secara jelas dalam setiap kata yang dipakai untuk mengirim pesan. Tanggung jawab penyampaian pesan ada pada pengirimnya.
Adapun di dunia Timur, pesan bersifat high context. Kandungan pesan sering kali tidak sekedar berada dalam deretan kata pembawa pesan, tapi sangat tergantung pada konteks saat pesan disampaikan.
Tanggung jawab pemaknaan pesan ada pada penerima. Ia harus mampu menerjemahkan maksud pengirim pesan, dengan mendengar isi pesan dan sekaligus membaca konteksnya.
Hal lain yang tidak kalah penting, dalam sistem Confusian, informasi bersumber dari guru. Informasi dan guru itu satu kesatuan. Menyanggah atau mempertanyakan informasi sama artinya dengan menyanggah atau mempertanyakan guru.
Sementara itu, dalam sistem Socrates, informasi tidak satu paket dengan guru. Informasi adalah produk di luar sang guru. Menyanggah atau mempertanyakan informasi, adalah sesuatu yang biasa dilakukan, tanpa membuat guru merasa dibantah.
Saya, meskipun dididik dengan gaya Confusian, tumbuh menjadi pelaku komunikasi bergaya Socrates.
Bagi saya biasa saja menyampaikan opini dengan blak-blakan dan tajam, serta menyasar tokoh-tokoh besar. Yang dikritik adalah gagasannya. Tapi harap dicatat, bahwa saya hanya membahas gagasan, bukan sosok.
Orang-orang yang menganut gaya Confusian akan gerah dengan gaya itu. Mereka menganggapnya sebagai serangan pribadi kepada sang tokoh, dan bahkan menganggapnya pelecehan.
sumber :kompas.com [hasanudin abdurakhman]

No comments:

Post a Comment

Labels

Info Guru Info Umum Administrasi Artikel Dapodik Berita Kurikulum 2013 BOS K13 Tips Aplikasi Perangkat Pembelajaran RPP Sertifikasi UN Bank Soal Info PTK Guru Pembelajar Guru SD USBN Ujian Nasional Riset UKG UTS BSE Download Info Olimpiade Latihan Soal Madrasah Media Pembelajaran Microsoft Word Modul Olimpiade PAUD Penilaian Proposal SK Sertifikasi Guru Soal Ulangan Terbaru Tahun 2017/2018 Aplikasi Pendidikan Contoh Download Contoh RPPH Model Kelompok dengan Kegiatan Pengaman untuk TK PAUD Terbaru Tahun 2017/2018 Download contoh Aplikasi Penilaian Kurikulum 2013 TK (Taman Kanak-Kanak) Format Microsoft Excel Terbaru Tahun 2017/2018 Kwitansi Lomba Lomba Siswa Microsoft Excel OSN Panduan Pedoman Perangkat RPP Silabus Fisika SMK Ramadhan Raport Tunjangan Profesi Guru aplikasi guru Analisis Blog Buku CPNS Do'a Download Gratis Download Penilaian oleh Pendidik Sesuai Panduan Penilaian K13 SMP MTs Terbaru Tahun 2017/2018 Download Silabus PAI dan Bahasa Arab MI Kelas 1 dan 4 Kurikulum 2013 Terbaru Tahun 2017/2018 Format Info CPNS Jadwal KKM Kalender Kelas 1 Kisi Kisi USBN Kumpulan Soal Literasi MI PDF PJOK PJOK SD PT Panduan Penilaian Panduan e-Rapor Parenting Pembelajaran Kreatif Pendidikan Peraturan Peristiwa RPP SD Kelas 4 RPP SD Kurikulum 2013 Resensi Revisi 2017 Rumus Menghitung Menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal SBMPTN SD SD Matematika OSN SMP Silabus PAI Kurikulum 2013 Silabus PAI SMA Silabus SKI XI Soal PJOK Kelas 4 Soal Penjaskes SMA Soal UTS SMP T3 Try Out SMP 2018 Tulisan Anda Tutorial UAS SMA Kelas X UAS SMA Semester 1 UN SMP 2018 USBN 2018 UTS SMP 2017/2018 Wahana Wiki guru kelas 6